Kedudukan tirani Jepang di Indonesia

 Latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia

Perang Dunia II (World War II) terjadi di dua benua. Di Eropa, Nazi Jerman melawan pasukan Sekutu. Di Asia, Jepang melawan Sekutu. Jerman dan Jepang berpaham fasisme ingin menguasai negara-negara di dunia.

Perang Dunia II di Asia dikenal dengan Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Jepang berusaha membangun imperium di Asia.

Pasukan Jepang dipimpin Laksamana Yamamoto bergerak sangat cepat menuju selatan termasuk ke Indonesia. Setelah Jepang menyerang Pearl Harbor, Gubernur Henderal Hindia Belanda, Alidius Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer mengumumkan perang dengan Jepang.

Pendaratan Jepang di Indonesia

Pasukan Jepang sejak awal berusaha menguasai Indonesia sejak pecah perang Pasifik. Alasannya, Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnya.


Pada 10 Januari 1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur kemudian disusul dengan penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin.


Daerah-daerah pertambangan minyak di Kalimantan dengan mudah dikuasai Jepang. Tentara Jepang bergerak ke Suamtera, menduduki Palembang pada 14 Februari 1942. Sehingga makin mudah merebut Pulau Jawa.


Tentara Jepang menjalankan siasat perang kilat (Blitz Krieg) untuk mewujudkan Imperium Asia Timur Raya. Dalam menghadapi ekspansi Jepang, Sekutu membentuk ABDACOM (American, British, Dutch, Australian Command) dengan markas di Lembang, Bandung.


Sementara itu Letjend Hein Ter Poorten diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL). Namun dalam waktu relatif singkat tentara Jepang dapat menguasai hampir seluruh kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.


Perang Dunia II di Asia dimulai pada 8 Desember 1941 saat tentara Jepang (Dai Nippon) mendadak menyerang Pearl Harbor di Hawaii, pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat terbesar di Pasifik.


Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia Markas besar Kemaharajaan Jepang membentuk tentara umum selatan, yang meliputi: Tentara ke-14 dipimpin Letjend Honma Masaharu dengan wilayah operasi di Philipina. Tentara ke-15 dipimpin Letjend Iida Shojiro dengan wilayah operasi di Thailand dan Burma. Tentara ke-16 dipimpin Letjend Imamura Hitoshi dengan wilayah operasi di Indonesia (Hindia Belanda). Tentara ke-25 dipimpin Letjend Yamashita Tomoyuki dengan wilayah operasi di Malaya (Malaysia). Selain itu, terdapat beberapa divisi dalam struktur pasukan tersebut. Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin Letjend Hitoshi Imamura telah mendarat di Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu:

Di teluk Banten, Jawa Barat Di Eretan Wetan, Jawa Barat Di Kragan, Rembang, Jawa Barat Tentara Jepang dengan mudah merebut kota-kota penting di Jawa seperti Batavia, Bandung dan lain-lain. Pada 8 Maret 1942, Letjend Hein Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang.

Komentar